Media Proteksinews

Media Proteksinews

sample media terbit

sample media terbit

Cari Blog Ini


Laman

RNI

RNI
kantor pusat

Sabtu, 06 Maret 2010

Baku Tembak Densus 88 dengan Teroris di Aceh Besar, Satu Densus Tewas

Baku Tembak Densus 88 dengan Teroris di Aceh Besar, Satu Densus Tewas
BANDA ACEH - Operasi perburuan Densus 88 Mabes Polri atas jaringan teroris di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) mendapat perlawanan. Setelah seminggu ini menggerebek markas Jamaah Islamiyah (JI) di Aceh Besar, perlawanan kelompok teroris membawa korban di pihak aparat keamanan.

Berdasar informasi yang dihimpun Rakyat Aceh (Jawa Pos Group), seorang personel Densus 88 tewas dalam baku tembak dengan kelompok teroris bersenjata di kawasan perbukitan antara Lamkabeu dan Lamteuba, Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Kamis malam (4/3). Selain itu, sebelas personel Brimob luka-luka. Hingga kemarin (5/3), para korban dirawat di Rumah Sakit Umum Zai­noel Abidin (RSUZA) Banda Aceh.

Direktur RSUZA Banda Aceh dr Taufik Mahdi SpOG mengatakan, pihaknya menerima sebelas pasien dari Brimob Polda Aceh. Seorang di antara mereka harus mendapatkan perawatan intensif karena luka tembak di bawah ketiak akibat peluru menembus punggung dan mengenai paru-paru sedalam 2 cm.

''Proyektil peluru sudah kami keluarkan melalui operasi. Kondisinya sekarang mulai membaik setelah mendapatkan penanganan medis,'' tuturnya.

Taufik mengatakan, secara umum personel Brimob yang dirawat lima orang. Kondisi enam anggota Brimob yang lain tidak terlalu parah sehingga cukup berobat jalan. ''Secara umum, mereka hanya luka ringan terkena peluru. Peluru bersarang di tubuh hanya dialami satu personel,'' jelasnya.

Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri membenarkan soal kabar tewasnya personel Densus 88 dalam baku tembak di Aceh Besar. ''Menurut keterangan saksi anggota yang bersama mereka, ya (personel Densus 88 itu) diduga sudah meninggal,'' kata Kapolri di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin.

Kendati begitu, Kapolri juga menyatakan bahwa jenazah personel Densus 88 tersebut belum ditemukan. ''Yang luka ringan (dari pihak Polri) empat orang. Yang luka-luka empat orang masih di rumah sakit. Yang meninggal seorang sampai hari ini (kemarin, Red) belum bisa ditemukan karena dibawa dengan senjatanya oleh mereka (kelompok teroris),'' papar Kapolri. ''Kami masih melakukan pengejaran,'' lanjutnya.

Dari pihak teroris, kata Kapolri, tiga orang terluka. Tetapi, mereka melarikan diri. Polri juga menangkap 14 teroris yang beraksi di Aceh. ''Insya Allah, lebih kurang 30-an (teroris yang masih diburu),'' terangnya.

Kapolri tidak bersedia menjelaskan apakah teroris di Aceh terkait jaringan teroris di tanah air selama ini. Dia beralasan, jika diungkap sekarang, itu akan mengganggu pengejaran. ''Nanti saya jelaskan supaya tidak terputus,'' katanya.

Kapolri juga menolak menjelaskan secara lebih detail soal target serangan teroris dan antisipasi yang dilakukan polisi. ''Nanti saja. Pokoknya, anak-anak sedang bertugas sekarang,'' jawabnya.

Menurut Kapolri, para teroris yang beraksi di Aceh tersebut bersenjata lengkap. Jenisnya sudah diketahui karena sebagian sudah disita polisi. ''(Senjata) yang disita empat pucuk. AK dan M-16,'' tuturnya.

Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta aparat memberantas aktivitas terorisme di Aceh. SBY mengatakan, teroris tersebut bukan unsur GAM dan ingin mengesankan situasi di Aceh tidak aman.

''Ini bukan unsur GAM yang dulu. Benar-benar kelompok teroris yang mengorganisasi diri dengan rapi, memilih tempat-tempat latihan di Aceh,'' kata SBY dalam rapat kabinet terbatas bidang polhukam di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin. Rapat dihadiri Wapres Boediono dan para menteri bidang polhukam.

SBY mengapresiasi jajaran polhukam, terutama Polri, yang melaksanakan operasi pemberantasan sel-sel terorisme di Aceh. SBY meminta aparat keamanan bekerja sama sebaik-baiknya dengan para bupati, wali kota, ulama, dan tokoh masyarakat di Aceh. ''Sampaikan betul bahwa ini adalah sel dan unsur teroris. Saya mendapat laporan bahwa pemimpinnya bukan orang Aceh dan sebagian di antara mereka berasal dari luar Aceh,'' papar SBY.

Presiden mengatakan, ancaman terorisme di dunia masih ada. ''Sel-sel terorisme masih bekerja, baik di luar maupun di dalam negeri,'' katanya. Karena itu, lanjut SBY, kepolisian, BIN (Badan Intelijen Negara) dan TNI harus melakukan segala upaya untuk mencegah.

Pemberantasan terorisme tetap menjadi agenda utama penegakan hukum dan keamanan. ''Rakyat menginginkan negara kita aman agar kegiatan mereka sehari-hari bisa dilakukan, apakah berdagang, bertani, dan sebagainya,'' kata presiden. Dunia usaha dan aktivitas ekonomi, tutur SBY, juga memerlukan jaminan keamanan dalam negeri.

Dalam perkembangan lain, pascabaku tembak di Kecamatan Seulimum, Aceh Besar, warga dua desa (Desa Bayu dan Alue Dua) terpaksa mengungsi ke Desa Lamkabeu yang hanya berjarak 3-4 kilometer dari lokasi baku tembak.

Bit Ali, 75, warga Desa Alue Dua, bersama enam anggota keluarganya terpaksa menumpang di rumah sanak famili di Lamkabue karena lokasi baku tembak hanya beberapa meter di belakang rumahnya. ''Kami sudah diberi tahu agar tidak kembali sebelum petugas mengatakan keadaan aman,'' katanya kepada Rakyat Aceh kemarin.

Dia menuturkan, saat terjadi baku tembak itu, dirinya bersama sejumlah warga Alue Dua dan Desa Bayu sedang melayat ke rumah Nurbani, korban tewas akibat peluru nyasar yang diduga berasal dari kelompok teroris. Setelah pemakaman, warga dua desa diminta keluar dari desa mereka.

Warga Desa Bayu, Ayun, Meunasah Tunong, Mange, dan Bateu Lhe juga terpaksa tidur di lantai karena takut kena peluru nyasar akibat baku tembak. Warga juga tidak berani menyetel televisi, radio, dan tape.

Berdasar pengamatan Rakyat Aceh, pukul 10.15 hingga menjelang salat Jumat kemarin, 10 truk pasukan Brimob tiba di Lamkabeu. Mereka berasal dari Brimob Kelapa Dua, Depok, untuk menggantikan personel yang bertugas sebelumnya.

TNI Siaga

Mabes TNI masih menahan diri untuk tidak terjun langsung ke Aceh Besar guna memburu teroris. TNI tidak ingin kehadiran mereka mengganggu operasi yang dilakukan Densus 88 Mabes Polri.

''Posisi kami standby saja,'' ujar Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Marsekal Muda Sagom Tamboen kemarin (5/3). Sagom kemarin bertandang ke Mabes Polri untuk berkoordinasi terkait kerja sama pengamanan TNI-Polri.

Menurut Sagom, TNI (dalam hal ini Kodam Iskandar Muda) terus memantau perkembangan penanganan polisi. ''Kami berangkat dari apa yang menjadi fungsi dan tugas Polri. TNI sementara ini menyikapi dengan cara memantau dan mengikuti perkembangan di lapangan,'' kata mantan Kadispen TNI-AU tersebut.

Berdasar informasi di lapangan, perkembangan kelompok di Aceh belum memerlukan penanganan TNI. ''Kami yakin polisi mampu,'' ujarnya.

Sagom menjelaskan, TNI baru bertindak apabila situasi di Aceh mulai tidak kondusif. Misalnya, muncul milisi bersenjata dan mengancam simbol-simbol negara.

Sesuai dengan tugasnya, TNI siap membantu Polri melakukan pengamanan dan penanganan. Apalagi, TNI juga memiliki satuan-satuan untuk menindak teror, seperti Sat-81 Gultor Kopassus atau Denjaka Marinir TNI-AL .

''Apabila nanti eskalasi mengarah pada tugas dan fungsi TNI, kami siap (turun ke lapangan). Tapi, sejauh ini belum. Juga, belum ada permintaan dari kepolisian,'' tuturnya.

Kemarin 14 tersangka teror diterbangkan dari Aceh menuju Jakarta. Mereka mendarat di Bandara Halim Perdanakusumah dan langsung dibawa ke Rutan Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Menurut Kadivhumas Mabes Polri Irjen Edward Aritonang, penanganan mereka sekarang di bawah kendali Densus 88 Mabes Polri. ''Untuk wajah (para tersangka terorisme), kami tidak bisa ekspos karena masih diperlukan untuk pengembangan. Itu strategi tim penyidik,'' katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar