Media Proteksinews

Media Proteksinews

sample media terbit

sample media terbit

Cari Blog Ini


Laman

RNI

RNI
kantor pusat

Selasa, 16 Maret 2010

Menunggu Kebangkitan Nasional Kedua

Menunggu Kebangkitan Nasional Kedua


Jakarta – Pelan tetapi pasti, rakyat semakin sadar bahwa apa yang pernah ditegaskan Bung Karno ternyata benar. Bahwa, lepas dari penjajahan kolonial Belanda, Indonesia menjadi sasaran neokolonialisme dan Imperialisme (Nekolim).
Mantan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Letnan Jenderal (Purn) AM Hendro Priyono juga mengingatkan bahwa dari dulu Indonesia sudah berada dalam cengkeraman kepentingan operasi-operasi intelejen Amerika. Secara terpisah, hal yang sama juga ditegaskan oleh mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS), Marsekal Madya (Purn) Ian Santoso Perdanakusuma.
Kasus yang belakangan menonjol dan kontroversial adalah keberadaan laboratorium Namru-2 (Naval Medical Research Unit 2) yang dibongkar oleh Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Laboratorium angkatan laut Amerika ini ketahuan melakukan operasi intelejen secara ilegal mengambil sampel darah rakyat dan TNI di beberapa wilayah Indonesia, atas nama penelitian penyakit menular. Belakangan ketahuan, beberapa sampel darah korban flu burung ada di laboratorium pengembangan senjata biologis di Los Alamos, Amerika.
“Namru itu, ketika saya kepala BAIS, saya sudah merekomendasikan untuk tidak dikeluarkan izinnya karena akan dijadikan alat operasi intelejen Amerika di Indonesia. Tapi rekomendasi saya tidak ditindaklanjuti oleh penguasa militer maupun pemerintah saat itu,” demikian Ian Santosa Perdanakusuma.

Penyakit dan Kelaparan
Indonesia memang menjadi laboratorium percobaan berbagai penyakit menular dari pes, malaria, TBC, HIV, polio, hepatitis, kolera, demam berdarah, sampai flu burung. Terahir adalah penyakit tangan kaki mulut yang sudah merengut nyawa puluhan orang di China, kini telah masuk ke Indonesia dengan 6 orang korban.
Namun hingga saat ini, pemerintah Soesilo Bambang Yudhoyono justru membiarkan kehadiran Namru-2 yang menjadi simbol kekuasaan Amerika merampas kedaulatan republik. MoU dengan pemerintah Amerika tentang keberadaan Namru-2 telah habis sejak 2005.
Pemerintah malah sedang mempertimbangkan kekebalan diplomatik bagi 70 orang Amerika yang bekerja di bawah Namru-2.
Selain itu, gizi buruk menjadi potret sehari-hari dari dampak kemiskinan yang tersebar di seluruh daerah. Semua ini adalah dampak kebijakan politik ekonomi pemerintah Indonesia yang membiarkan pasar global yang dikuasai Amerika menghujam Indonesia.

Kebangkitan Nasional
Lewat seabad bangkitnya kesadaran nasional dari bangsa jajahan menjadi merdeka, kini tidak bisa dipungkiri, kemerdekaan menjadi relatif. Bagi para koruptor, kemerdekaan adalah hak untuk mencuri harta negara lebih banyak lagi. Bagi para komprador adalah hak seluas-luasnya menjual sumber daya dan integritas bangsa. Bagi tuan-tuan kapitalis adalah mengeruk keuntungan di atas penderitaan kaum buruh dan kaum tani.
Sebaliknya bagi ratusan juta rakyat, kemerdekaan adalah sulitnya mencari pekerjaan, kelaparan, hilangnya tempat tinggal, tanah garapan dan bekerja dengan upah murah tanpa masa depan.
Gelombang perlawanan revolusioner menemukan bentuknya secara nasional, berupa kombinasi dari perang gerilya hingga perjuangan politik massa rakyat. Revolusi yang membawa amanat penderitaan rakyat semenjak perang kolonial, telah berhasil mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tahun 1945. Inilah tujuan pertama dari revolusi Indonesia seperti yang dirumuskan oleh Bung Karno.
Tiga bulan sebelum kekuasaannya dikudeta oleh militer di hadapan musyawarah kaum tani, Bung Karno mengingatkan sekali lagi tujuan kedua dari revolusi Indonesia adalah satu masyarakat Indonesia, ”jang adil dan makmur, tanpa exploitation de l'homme par l'homme, cukup sandang cukup pangan, gemah-ripah loh-djinawi!”.
Akankah ada kebangkitan nasional kedua, yang berujung kemerdekaan yang sejati seperti yang dirumuskan Bung Karno?